Lagi-lagi untuk kesekian kalinya kesenjangan di negara ini tampak jelas di mataku. Setelah aku melihat, betapa tragisnya hidup di negara dengan para petinggi negeri yang acuh. Mereka tak menoleh sedikitpun kearah saudara-saudara kita yang bertaruh nyawa untuk menimba ilmu di sekolah. Gedung sekolah yang bocor, bahkan untuk disebut gedung pun itu tak layak, karena bangunanannya yang begitu memprihatinkan. Untuk menuju ke sekolah, mereka harus melewati sungai dengan berjalan di atas seutas tali dan berpegangan tali yang sejenis, tanpa alat pengaman. Terkadang mereka merasa kesakitan, dan lecet di bagian tangan. Dan itu tidak mereka alami sekali saja, tapi berkali-kali. Namun karena tekad bulat untuk mencari ilmu, itu bukan masalah besar bagi mereka. Tapi coba kita bayangkan, apa yang akan terjadi jika tiba-tiba tali tersebut putus. Nyawa adalah tanggungannya. Tidak sampai disitu saja penderitaan mereka. Di sekolah, dengan fasilitas yang sangat kurang memadai, mereka bersama-sama belajar, meskipun ketidaknyamanan sering mereka rasakan. Belum lagi, jika musim penghujan tiba. Atap bocor dan air jatuh membasahi ruang kelas para pelajar memprihatinkan itu. Proses pembelajaran terpaksa dihentikan. Ditambah jika hujan tidak kunjung berhenti, dan sekolah mereka terendam air. Dengan berat hati guru-guru harus mengumumkan berita liburan untuk anak-anak didik mereka. Untuk anak-anak kota, berita bahwa diliburkannya sekolah adalah berita menggembirakan. Tapi tidak untuk saudara-saudara kita di luar sana, yang keadaan ekonominya jauh lebih buruk dibandingkan kita. Yang haus akan ilmu pengetahuan. Yang berusaha keras untuk menggapai cita-citanya. Hati kecil mereka menjerit meminta keadilan. Namun apadaya, mereka tak sanggup berbuat apa-apa. Hanya bermodalkan kedudukan yang tak ada artinya di mata orang-orang berdasi itu. Mereka rasa itu percuma. Mereka jalani hidup mereka. Meskipun berat tapi ini adalah kehidupan yang mau tidak mau, suka tidak suka, harus mereka jalani. Liat saja, orang-orang berjas dan berdasi, yang belum juga puas dengan apa yang telah dimilikinya. Kedudukan yang tinggi membuatnya terlena akan harta yang melimpah. Aspirasi rakyat kini tidak didengar lagi. Mata mereka seakan ditutup rapat-rapat agar tak bisa melihat penderitaan rakyat-rakyat kecil di negara ini. Apakah seperti ini wakil rakyat yang kita harapkan? Apakah ini sosok petinggi negara yang “katanya” dapat menyejahterakan rakyat? Apaka ini wujud orang-orang penting di negara kita yang menggunakan uang negara untuk hal-hal yang tidak penting? Saya rasa kalian semua bisa menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar