Pernah aku bertanya kepada temanku, “apakah kau mencintai kekasihmu?” dengan percaya diri dan tanpa berpikir panjang dia menjawab “ya” . Aku hanya tersenyum melihat kesungguhannya. Ternyata ia belum selesai untuk berbicara, ia menyambung kata demi kata yang menciptakan sebuah keagungan untuk sang kekasih. Memujanya dengan kalimat-kalimat halus yang menyejukan hati. Namun dalam benakku, apakah sungguh kata-kata itu keluar dari hatinya, tidak hanya keluar dari mulutnya? Sekali lagi aku bertanya kepada diriku sendiri, apakah benar yang diucapnya karena ia tau itu sayang dan ia tahu itu cinta, tidak karna ia dimanjakan oleh pandangan yang indah melalui sosok seseorang yang gagah. Mungkin aneh bagiku, semudah itu ia ucapkan sesuatu yang belum tentu ia bisa pertanggungjawabkan. Namun itu hak seseorang untuk berbicara, aku tak bisa mengelaknya. Sampai sekarang pun aku tidak tahu apa itu cinta? Apakah suatu kesenangan individu yang muncul secara tiba-tiba melalui seseorang. Atau suatu imajinasi belaka, yang mengajak seseorang menjamahi surga dunia. Atau suatu perasaan yang membuat kita tak pernah berhenti untuk tersenyum. Atau perhatian yang lebih yang sangat kita butuhkan. Atau mungkin suatu makhluk yang tak nampak dan menghantui kita dengan mimpi-mimpi indah. Tapi itu semua masih belum cukup menjawab pertanyaanku.
Sejenak aku berpikir, selama ini aku pernah menemui sosok itu. Ya, orang tua, pasti adalah urutan paling atas jika aku mengingat berapa besar kasih sayang dan cinta yang mereka berikan untukku. Tapi, ada sosok lain yang juga tak kalah penting berperan dalam hidupku. Ada disaat aku menangis, ada disaat aku tertawa, dan ada disaat aku bimbang. Sahabat. Cintanya begitu tulus ia berikan padaku. Berbagi suka bahkan duka. Menghapus penat dan mewarnai hidupku. Tak pernah ada kata ‘putus’ untuk mereka. Dan tak ada pula kata ‘mengakhiri hubungan’ antara kita. Semakin lama aku sadar bahwa, mereka semua yang mengajarkanku arti cinta. Arti mengasihi, arti berbagi. Bukan karena materi namun kita memang saling menyayangi. Hanya ketulusan dari kami yang dapat menciptakan sebuah nama “PERSAHABATAN”. Karena itulah aku dapat berpikir bahwa sahabat adalah akar dari sebuah ketulusan cinta, yang pada akhirnya tumbuh batang kokoh dimana cinta yang murni dari kita akan terus berdiri dengan kokoh. Lalu tumbuhlah ranting-ranting, dimana kita semakin mengerti apa itu cinta. Dan semakin lama tumbuhlah dedaunan pada setiap ranting, yang artinya kita menyebarkan cinta kepada semua orang. Dan tumbuhlah buah, itu adalah hasil dari apa yang kita lakukan selama ini. Dan merupakan wujud rasa cinta kita terhadap sahabat.
Don't ever stop loving someone who has taught the meaning of love to you !